23 April 2009

RoWo BaYu


waktu pekan itu aku ma teman2q erni,wida,andi,yusuf,mz nur merencanakan sesuatu..
kita ber 6 sepakat jalan-jalan di Air Terjun Lider Songgon tp berhenti dl di rumah nenek'x wida di daerah songgon yang letak'x deket dngan tujuan kita di Air Terjun Lider.. hari minggu pagi itu sekitar pukul 10.00 wib kita berangkat, sampai dsana pukul 11.30 sebenernya bisa lebih pagi sampai dsana tp kita apes ditengah jalan.. aku ma andi kena tilang polisi hemm..ngyebelin bgt.. andi juga c gak bawa sim..:( "gak bawa pa gak punya sim ya,,,??" hehehe..:D akhirnya degan keputusan bersama akhirnya andi memutuskan untuk sidang aja di pengadilan, dan STNK sepeda'x dibawa deh ma polisi..hehehe..:D tp gak apa2 buat pengalaman..:) perjalanan pun dilanjutkan lagi.. di tengah perjalanan gantian wida ma mz nur yang kena apes.. sandal'x wida yg sebelah kanan pedot..hahaha..:D ko' bisa ya..?? naek sepeda motor sandal'x ko' bisa pedot..gmn makek'x yaa,,??? akhirnya wida nyeker dech.. sampai dmrh nenek'x wida kita disuguhin bakso, maem bersama dech,, hemm..enak bgt pas lagi laper juga..:) selesai maem waktu'x sholat dhuhur.. tiba2 cuaca hari ini tidak mendukung bgt mendung dan akhirnya hujan deres bgt..terpaksa dech rencana di gagalin..sambil nunggu hujan reda kita bincang2 drmh nenek'x wida..di dalam perbincangan kita, mz nur bercerita tentang tempat sejarah yang ada di Songgon yaitu Rowo Bayu atau Petilasan Prabu Tawang Alun, konon itu ada sejarahnya...
hujan pun akhirnya reda sekitar pukul 13.30 wib meskipun masih sedikit grimis kita memutuskan untuk pulang.. ditengah perjalanan andi ingin mengetahui tempat Rowo Bayu yg diceritakan mz nur tadi.. kita menuju kesana saat itu juga.. sampai disana hemm..jalan'x lumayan becek cz lg hujan.. setelah sampai ditujuan kita dihadapkan dengan suasana danau yang lumayan luas, kita masuk dan berjalan-jalan.. kita menemukan suatu pure atau bisa dibilang tempat makam'x Prabu Tawang Alun.
distu ada kakek tua penjaga rowo bayu yang dengan iklas menjelaskan asal usul Petilasan tersebut.. "bla..bla..bla.."
konon kata'x air disna bisa mengabulkan semua permintaan orang yg menggunakan air itu dengan membasuh muka atau tangan.. tapi itu c tergantung orang'x percaya atau nggak'x..
selesai menjelajahi seluruh tempat yang ada dsana kita langsung memutuskan pulang.. ditengah perjalanan hujan deres bgt..dengan terpaksa kita hujan2'an.. huhh,,,dingin bgt.."_" tiba2 teman kita tidak sengaja kena apes juga.. erni ma yusuf sepeda'x bocor..pertama aku ma andi dan wida ma mz nur jarak sepeda'x lumayan berjauhan.. erni yg ada di belakang kita ternyata kena musibah erni coba telp n sms q..ternyata dy lg dibengkel untuk tambal ban.. kita sebagai teman enggak tega meninggalkan dy sendirian.. aku pun menyusul mz nur yang ada di depan.. kita menunggu erni dulu sampai selesai dengan basah kuyub dan kedinginan.. setelah selesai perjalanan pun dilanjutkan..
kita semua laper dan mampir di warung bakso.. hem..maem lg dech..sangking dingin'x bakso panas dan air panas gak terasa lo saat di maem n di minum.."nyam..nyam" kenyang..' lalu kita pulang dengan tujuan masing2.. sampai di banyuwangi pukul 17.00 wib.. huh,,,sampai dirumah ibukq marah2.."ko'sampai jam segini pulang'x.." kata'x.. q bilang dan jelasin yg sebenar2'x.. akhirnya q dilarang kluar dulu dech.. sampai ibukq ngasih ijin lagi..hehehe..:D terpasksa puasa keluar dulu dech..
tapi gak apa2 buat pelajaran n pengalaman..hehehe...:D
pengen tau crita Rowo Bayu Selengkapnya..??? =>

Rowo Bayu adalah semacam kolam alami yang luas. Letaknya jauh dari keramaian, sehingga sangat cocok untuk rekreasi keluarga maupun untuk para pecinta alam. Pinus adalah tanaman khas dari hutan ini. Rowo bayu terletak di kawasan hutan petak 8, kawasan hutan Songgon, bagian dari kesatuan Pemangku hutan Rogojampi, KPH Banyuwangi Barat. Secara administratif, wilayah ini berada di desa Bayu, Kecamatan Songgon. Para pengunjung bisa mencapai tempat ini dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.

PRABU TAWANG ALUN (1655-1691)

Prabu Tawang Alun dahulu pernah berkuasa dan menjadi raja Blambangan (1655-1691) yang pada saat itu pusat kerajaan terus berpindah, mulai dari Umpak Songgon, Muncar, Kedawung, Songgon lalu Macanputih. Pada tahun 1676 Prabu Tawang Alun bergelar Sesuhunan Blambangan yang lepas dari Mataram dan Bali, setelah Prabu Tawang Alun merasakan penyesalan akibat terbunuhnya Mas Wilo, Mas Tanjung Sari (dalam peperangan antara Prabu Tawang Alun dengan adik-adiknya yang searing disbut perang saudara), beliau bertapa dilereng gunung raung di hutan Sudyamara atas petunjuk Hyang Maha Batara, dengan menunggangi macanputih Prabu Tawang Alun menuju ke Sudimara dan membangun istana macanputih, beliau membangun istana itu selama 5 tahun 10 bulan dengan menggunakan batu bata merah setal 6 kaki, tinggi 12 kaki, dan dikelilingi pagar tenbok sepanjang 4,5 km.
Didekat gerbang macan putih terdapat sisa peninggalan Belanda berupa prasasti. Karena bentuknya bundar seperti bola, maka warga macanputih menyebutnya Prasasti Penthol. Prabu Tawng Alun wafat pada tanggal 18 Desember 1691 di Pelecutan.

PANGERAN JAGAPATI

Nama aslinya yaitu Mas Rempeg, beliau adalah putra dari Mas Bagus Dalem Wiroguno atau Mas Bagus Puri dari istri selirnya. Beliau juga keturunan murni Prabu Tawang Alun dari jalur selir. Sejak remaja ia menjadi pengikut Wong Agung Wilis, kedekatannya dengan Wong Agung Wilis menjadikan ia sangat anti Belanda. Pada tahun 1768 Mas Rempeg ikut berperang bersama Wong Agung Wilis, ia adalah mantri muka Wong Agung Wilis, maka ia menjadi orang pertama dalam peperangan dengan Wong Agung Wilis. Setelah Wong Agung Wilis tertangkap perjuangan melawan VOC dilanjutkan olehnya. Kekecewaan terhadap penangkapan dan pembuangan Wong Agung Wilis mendorongnya pergi ke daerah Bayu tepatnya pada tanggal 18 Mei 1768. Sebab pada saat Wong Agung wilis tertangkap parajagabela dan orang-orang terdekatnya menyingkir ke Bayu.

Demikianlah setelah menetap di Bayu dan didukung oleh paraajar sosok Mas Rempek menjadi kepercayaan rakyat. Ia mengatakan bahwa dalam dirinya bersemayam arwah Wong Agung Wilis. Berbagai cara dilakukan oleh Mas rempeg menarik simpati rakyat Blambangan ke pihaknya karena ia juga berjanji akan terus melanjutkan perjuangan Wong Agung Wilis. Maka banyak penduduk Ulupampang dan dari daerah-daerah lainnya diseluruh Blambangan berbondong-bondong sambil membawa senjata bergabung dengan Mas Rempeg di Bayu. Ketika itu Mas Rempeg telah benar-benar siap berperang, terbukti Ia telah membangun benteng yang sangat kuat serta perlengkapan perang lainnya. Atas pengaruhnya itu Mas rempek dianugerahi Pangeran Jagapati oleh pengikutnya. Akhirnya, pada tanggal 19 Desember 1771 Pangeran Jagapati tewas akibat luka yang sangat parah setelah berperang.

WONG AGUNG WILIS

Sumber-sumber tradisional seperti Babad Blambangan dan Babad Tawang Alun menyebutkan nama kecil Wong Agung Wilis ialah Mas Sirna anak dari Mas Purba. Mas Purba merupakan penguasa Blambangan yang dilantik pada tahun 1697 oleh penguasa Bali dan bergelar Pangeran Danurejo. Dahulu terjadi perkimpoian politik antara Pangeran Danurejo dengan Putri Mengwi yang dikarunia seorang anak bernama Mas Sirna, Wong Agung Wilis merupakan nama ketika ia beranjak dewasa. Tulisan yang dikarang oleh Brandes menyebutkan bahwa nama Wong Agung Wilis didapat ketika ia menjadi Patih Blambangan. Sedangkan perkimpoian Pangeran danurejo dengan permaisurinya (putri Untung Suropati) memiliki anak bernama Mas Ayu Gana, Mas Nuyang, Mas Padhawajaya dan Mas Ayu Dupati.
Setelah Pangeran Danurejo meninggal tahun 1736, kekuasaan diambil alih oleh putranya yang bernama Nuyang atau sering disebut Mas Jingga. Kemudian ia bergelar Danuringrat ketika menjadi penguasa Blambangan yang diangkat oleh Cokroda Mengwi dan berkuasa pada tahun 1736-1764. Sedangkan Mas Sirna (adiknya) diangkat menjadi Patih Blambangan dengan gelar Pangeran Patih Wong Agung Wilis.
Pemerintahan Danuningrat ini penuh dinamika politik yang melibatkan kekuatan kerajaan Bali, Mataram, Madura dan VOC sampai akhirnya mempengaruhi Wong Agung Wilis. Karena merasa tidak nyaman, Wong Agung Wilis mengasingkan diri ke pantai selatan melalui rute Lampon selama tujuh hari, Gunung Dogong selama dua puluh lima hari, Gunung tumpang Pitu selama lima puluh hari, selajutnya setelah mengakhiri perjalanannya ia mendirikan pedukuhan Prawingan di Pesisir Manis.
Karena Danuringrat ingin sekali melepaskan Blambangan dari Kerajaan Mengwi, ia membunuh Rangga Satata seorang wakil kerajaan Mengwi. Danuningrat kemudian melarikan diri dan meminta perlindungan kepada VOC, namun sama sekali tidak dihiraukan oleh mereka. Akhirnya, Danuningrat ditangkap ketika berada di Blambangan serta dibawa ke mengwi untuk ditahan. Danuningrat dan keluarganya kemudian dibunuh di pantai Seseh pada tahun 1764. Pada tanggal 23 Maret 1767 pasukan VOC mendarat di Banyualit dan merebut Blambangan dari kekuasaan orang-orang Bali. Setelah mengusai kota Lateng dan Ulupampang VOC mendirikan benteng disana. Blanke, pemimpin VOC kemudian mengangkat Mas Anom dan Mas Weka sebagai Regen pertama di Balambangan. Tahun 1767 Blanke meninggal dan digantikan oleh Adrian Van Rijks dan wakilnya Cornelis Van biesheuvel. Pada tahun itu juga Wong Agung Wilis yang berada di Mengwi datang ke Blambangan untuk melawan VOC. Kegigihannya membuat Mas Weka dan Mas Anom yang semula menjadi pengikut VOC bergabung. Pada akhir bulan Maret 1768 Wong Agung Wilis menyerang benteng VOC yang berada di Banyualit, tetapi karena tembakan gencar meriam serdadu VOC mengakibatkan pasukan Wong Agung Wilis tercerai berai dan lari kearah selatan menuju Ulupampang.
Pada tanggal 17 mei 1768, VOC menyerang Ulupampang, dalam pertempuran ini, karena persenjataan terbatas, pasukan Wong Agung Wilis mengalami kekalahan perang. Perang demi perang telah dijalani, dan pada akhirnya pada tanggal 18 mei 1768 kekuatan Wong Agung Wilis ditaklukkan dan kota Lateng dibumi hanguskan. Mas Anom dan Mas Weka menyerah kepada VOC. Tetapi Wong Agung Wilis dapat lolos kearah selatan. karena tipudaya Mas Weka tersebut maka akhirnya Wong Agung Wilis tertangkap di Blimbingsari. Sebagai hukuman wong Agung Wilis dikirim dan ditawan ke Banda. Namun demikian, dengan semangatnya akhirnya Wong Agung Wilis dapat meloloskan diri dari pulau Banda menuju ke Seram dan mendarat ke Bali. Tokoh ini dikabarkan meninggal pada tahun 1780 di Mengawi, Bali karena lanjut usia.

SAYU WIWIT

Setelah kota lateng dikuasai oleh Belanda, sisa-sisa pejuang Belambangan menghimpun kekuatan kembali di Gunung Raung, di kaki sebelah Timur Bayu. Pada saat itu muncul seorang pejuang wanita yang bernama Sayu Wiwit. Dia adalah putri dari Mas Gumuk Jati. Ia bertekat untuk membela dan mempertahankan tanah airnya walaupun ia harus meninggalkan hartanya. Pergerakan yang dilakukan Sayu Wiwit, dibantu oleh Leboksamiran, seorang Madura yang anti Belanda. Ia adalah sahabat Mas Surawijaya ( putra Wong Agung Wilis). Mereka memimpin pergerakan pasukan di Jember. Di Jember Sayu Wiwit bisa menguasai pos penjaga milik Belanda. Sayu Wiwit meneruskan ke Nusa Burung, dan akhirnya menguasai wilayah Nusa Burung juga. Pertengahan Agustus 1771, setelah kemenangan di Jember, Sayu Wiwit dan Mas Suryawijaya menikah di Candi Bang. Mereka berdua meneruskan perjuangannya. Mas Suryawijaya menuju Puger, sedengkan Sayu Wiwit di Sentong.
Dalam perang, Sayu Wiwit meminta nasehat kepada pangeran Jagapati tentang, bagaimana cara atau taktik melawan Belanda. Sayu Wiwit sebagai panglima perang sedangkan Pangaran Jagapati yang memegang komando umum. Mereka pergi berperang sampai ke Songgon, desa tegal perangan dukuh duren. Meraka melakukan serangan yang mendadak dan membabibuta sehingga membuat pasukan belanda kacau balau dan banyak yang meniggal. Namun dalam penyerangan ini, Pangeran Jagapati terluka parah terkena senjata Alap-alap dari Madura. Alap-alap sendiri terbunuh oleh senjata pangeran Jagapati, si kelabang jenis biring lanangan. Pangeran Jagapati yang terluka dibawa ke benteng Bayu. Keesoka harinya, pangeran Jagapati mengangkat patih Jagalara dan Sayu Wiwit sebagai wakilnya untuk melanjutkan peperangan. Setelah perang mereka kembali ke benteng dan menemukan Pangeran Jagapati telah meninggal.
Sedangakan berita lainnya adalah Mas Surawijaya meninggal di Puger oleh pengkhianatan Leboksamirana. Namun Leboksamirana juga terbunuh ditempat itu. Setelah mendengar kematian suaminya, Sayu Wiwit berperang melawan pasukan kapten Marhailu. Sayu Wiwit berhasil membunuh kapten tersebut, namun akhirnya ia meninggal karena tertembakmeriam oleh pasukan kapten Heinrich.

ROWO BAYU

Prabu Tawang Alun berkuasa di kerajaan Kedawung selama empat tahun. Akibat adu domba belanda, Mas Wila, adik kandung prabu Tawang Alun ingin menguasai Kedawung, maka menyingkirlah prabu Tawang Alun ke Rowo Bayu beserta empat puluh pengikutnya dan berkuasa selama 6 tahun di Bayu. Mendengar kabar tersebut, Mas Wilo menyerang untuk merebut kekuasan Prabu Tawang Alun. Mas Wilo menyerbu bersama 4000 tentaranya. Dalam perang ini, Mas Wilo, Wiloteruno, Mas Ayu Melok dan patihnya Mas Ayu Gringsing Retno terbunuh.
Dilereng gunung raung (tepatnya diRowo bayu ) terdapat tempat bersemedi prabu Tawang Alun.Karena penyesalan yang amat sangat atas meninggalnya adik – adiknya yaitu Mas Wilo dan Mas Ayu Tunjungsari. Persemedian itu dilakukan selama tujuh hari. Dalam semedinya ia mendapat petunjuk dari Hyang Maha Batara berjalan kearah utara dan akan bertemu dengan seekor macan putih yang akan membawanya kehutan Sudimoro dan disana diperintahkan untuk membangun istana macan putih.







1 komentar:

Risca Novi Anggraeny mengatakan...

testing..

Posting Komentar